Sabtu, 13 Agustus 2011
UK Riots : On Camera
.
My Fellow American
Here this one of the story from the website
We Are Praying for "Those People"?
Shortly after 9/11, I went to our cathedral in Seattle to pray. Our cathedral has always been a place where interfaith dialogue is encouraged and interfaith worship is held from time to time. As I sat there I was struck by the banner hanging behind the pulpit. There, in a Roman Catholic Cathedral, were the symbols of three Abrahamic faiths: the star of David, the cross, and the star and crescent. At the time I was on staff at another Catholic church, and I went back and quickly made a similar banner to put up in our sanctuary. After Mass that Sunday, someone approached me with a question.
She said that she knew what the star of David was and what the cross was, but wanted to know about the “other thing.” I explained to her that this was the symbol of the Islamic faith. Her response was, “You mean we are praying for ‘those people’ too?” I assured her that, yes, in this place we pray for all people and we respect all those who seek to know God. We kept that banner up for many weeks following 9/11. It was a small gesture, but one that I hope made an impact. At the time, I can honestly say that I did not know much about Islam, nor did I know anyone who was a Muslim. Since then, I have taken it upon myself to learn more about this religion that shares many of the same stories and prophets as mine. I now live in Chicago, in one of the most ethnically diverse zip codes in the US. Everyday I see Jewish men with their prayer shawls, Muslim women with their head scarves, Hindu families with bindis on their foreheads, and Catholic children all living, working, and playing together. When I walk down my street, I wonder what some people are so afraid of? My life is richer because of these connections. In the words of Elie Weisel, “No human race is superior; no religious faith is inferior. All collective judgments are wrong. Only racists make them.”
and this is the video.. check this out
I found a lot of video related to My Fellow American..
Please visit the website http://myfellowamerican.us/
Let's spread this spirit of tolerance.. ^^
Sabtu, 06 Agustus 2011
World Hunger
- 1 child dying every 4 seconds
- 15 children dying every minute
- A 2010 Haiti earthquake occurring almost every 10 days
- A 2004 Asian Tsunami occurring almost every 10 days
- An Iraq-scale death toll every 18–43 days
- Just under 8.1 million children dying every year
- Some 88 million children dying between 2000 and 2009
Rabu, 03 Agustus 2011
FAT is a RACE/CLASS ISSUE
Dr. Lili Pintea-Reed, PhD.
Minggu, 24 Juli 2011
Twin Attacks in Norway
Rabu, 20 Juli 2011
Nutrisi yang Cocok Saat Sedih, Bosan, Lelah dan Sensitif
Merry Wahyuningsih - detikHealth
Jakarta, Perubahan suasana hati alias mood sangat mempengaruhi aktivitas sehari-hari, terlebih lagi bagi wanita. Untuk mengatasi perubahan mood tersebut, makanan dengan nutrisi sehat dan tepat menjadi salah satu solusinya.
Dilansir dari Sheknows, Selasa (10/8/2010), berikut beberapa nutrisi yang tepat untuk mengatasi suasana hati:
1. Nutrisi saat sedang sedih
Ketika Anda sedang sedih, cobalah mengonsumsi makanan ringan yang rendah protein, rendah lemak tapi tinggi karbohidrat.
Alasannya karena ketika makanan tinggi karbohidrat tidak terhambat oleh protein atau lemak, maka asam amino triptophan akan meningkat di otak dan berubah menjadi serotonin, yaitu neurotransmiter yang menstimulasi suasana hati dan membatasi keinginan makan (carving).
Contohnya, popcorn, havermut polos dengan sedikit susu dan madu, serta bagel (sejenis donat) dengan irisan pisang.
2. Nutrisi saat sedang depresi
Perasaan terharu dan depresi bisa diredakan makanan yang kaya dengan omega-3, yang banyak ditemukan dalam lemak sehat yaitu lemak ikan, seperti salmon, herring dan tuna.
3. Nutrisi saat sedang bosan
Saat bosan, secangkir kopi dapat merangsang sistem saraf untuk tetap waspada dan lebih mudah berkonsentrasi. Namun, jangan membiasakan diri bergantung dengan kafein. Batasi diri untuk tidak mengonsumsi kopi lebih dari 3 cangkir (5 ons) sehari.
4. Nutrisi saat sedang sensitif atau mudah tersinggung
Ketika Anda sedang mudah tersinggung, seperti pada wanita yang sedang mengalami PMS (pre-menstruasi syndrome), cobalah makan dengan tidak lebih dari 5000 kalori dan mengandung lebih banyak mineral tembaga.
Contoh diet kaya tembaga antara lain ayam, pisang dan alpukat.
5. Nutrisi saat sedang kelelahan berat
Orang yang mudah merasa lelah sangat mungkin mengalami kekurangan zat besi atau anemia. Anemia adalah kekurangan gizi yang paling umum di dunia dan sangat umum di kalangan wanita usia subur.
Orang yang mengalami kondisi kelelahan sebaiknya banyak makan makanan yang kaya zat besi, seperti kacang, biji-bijian dan sayur-sayuran. Selain itu, zat besi juga banyak terkandung dalam udang, ikan, ayam tanpa kulit atau daging kalkun.(mer/ir)
--
This message has been scanned for viruses and
dangerous content by IdOLA-Antispam.
Selasa, 19 Juli 2011
Motor Cycle Accident
11 REASONS WHY WOMEN FIND IT HARD TO FiND THE MAN OF THEiR DREAM......
1. Nice men are ugly
2. Handsome men are not nice
3. Handsome and nice men are gay
4. Handsome, nice and heterosexual men are married
5. Men who are not so handsome, but nice, have no money
6. Men who are not so handsome, but nice n with money, think we are only after their money
7. Handsome men without money are after our money
8. Handsome men, who are not so nice and somewhat heterosexual, don't think we are beautiful enough
9. Men who think we are beautiful, that are heterosexual, somewhat nice and have money, are cowards
10. Somewhat handsome man, kinda nice and have some money, and thank God heterosexual, are shy and NEVER MAKE THE FIRST MOVE!!!!
11. Men who never make the first move, automatically lose interest in us when we take the initiative.
NOW, WHO THE HELL UNDERSTANDS MEN?
hehehe... it just for fun.. No Offense..
COLORFUL TULIP FLOWER FIELDS OF HOLLAND
|
Kamis, 14 Juli 2011
BASTILLE DAY
on 14 July 1789 marked as the beginning of the French Revolution. The Bastille was a prison and a symbol of the absolute and arbitrary power of Louis the 16th's Ancient Regime.
Shortly thereafter, King Louis XVI and his wife Marie Antoinette took refuge in Versailles as the violent peasants pillaged and burned châteaux, and destroyed records of feudal dues—this reaction is known as the grande peur (great fear).
By capturing this symbol, the people signaled that the king's power was no longer absolute: power should be based on the Nation and be limited by a separation of powers.
Although the Bastille only held seven prisoners at the time of its capture, the storming of the prison was a symbol of liberty and the fight against oppression for all French citizens; like the Tricolore flag, it symbolized the Republic's three ideals: Liberty, Equality, and Fraternity for all French citizens.
On the one-year anniversary of the fall of the Bastille, delegates from every region of France proclaimed their allegiance to a single national community during the Fête de la Fédération in Paris - the first time in history that a people had claimed their right to self-determination.
The French Revolution
The French Revolution had numerous causes which are greatly simplified and summarized here:
- Parliament wanted the king to share his absolute powers with an oligarchic parliament.
- Priests and other low-level religious figures wanted more money.
- Nobles also wanted to share some of the king's power.
- The middle class wanted the right to own land and to vote.
- The lower class were quite hostile in general and farmers were angry about tithes and feodal rights.
- Some historians claim that the revolutionaries were opposed to Catholicism more than to the king or the upper classes.
Sources :
http://www.infoplease.com/spot/99bastilleday.html
http://french.about.com/od/culture/a/bastille-day.htm
Selasa, 28 Juni 2011
Kenali Nilai Politikmu Melalui Pancasila Interaktif
Anda penasaran? :)
Silakan klik http://budimansudjatmiko.net
berikut kutipan mengenai mengenai matriks nilai politik dari web tersebut :
Matriks Nilai Politik
I. Konservatif EsoterisKonservatif esoteris adalah sistem nilai yang terbentuk dari dimensi esoteris sebagai sumber nilai dan dimensi konservatif sebagai cara yang ditempuh untuk mewujudkan nilai-nilai ideal dalam masyarakat. Sebagaimana dengan sistem nilai konservatif etis, individu dalam sistem nilai konservatif esoteris menempatkan tradisi, sejarah masa lalu suatu masyarakat pada posisi yang istimewa. Keberadaan tradisi dan kebiasaan yang mampu bertahan dalam waktu lama dalam masyarakat secara praktis menunjukan bahwa hal itu memiliki nilai manfaat bagi masyarakat[8]. Sistem nilai ini tidak menolak perubahan sepanjang hal tersebut sejalan dengan sistem nilai dari masyarakat itu sendiri[9]. Proses perubahan yang ideal seharusnya berlangsung secara gradual dan tidak memberikan goncangan yang mengganggu kestabilan kehidupan masyarakat[10].
Sistem nilai ini menolak pemujaan pada rasionalitas karena pada dasarnya manusia bukanlah mahluk yang sepenuhnya rasional[9]. Pengetahuan dan informasi yang terbatas serta proses sosial dan kesejarahannya secara natural memberikan batas pada horison dari setiap individu dalam memahami dunia. Dalam konteks ini, tradisi dan kebiasaan yang sudah dijalani secara turun temurun menjadi pelengkap dari keterbatasan manusia. Nilai-nilai tradisi, agama, menjadi jadi sumber dari kebijaksanaan yang memberikan inspirasi tatanan dan pranata sosial yang seharusnya berlaku di masyarakat.
Keterikatan yang kuat pada tradisi dan sejarahnya membuat individu di dalam sistem nilai ini memahami konsep masyarakat, negara dan kepemimpinan dengan orientasi yang esoteristik. Masyarakat bukan sekedar kumpulan dari individu yang ada di dalamnya, melainkan sebuah artefak kultural yang muncul secara organis dari proses sosial yang panjang[12].
Demikian pula dengan konsep kepemimpinan yang merupakan salah satu artefak kultural yang terbangun sepanjang proses evolusi suatu masyarakat[1]. Hubungan rakyat dan pemimpinnya tidak lagi sesederhana dalam teori demokrasi, tetapi menjadi penuh nuansa yang transendental, terkait konsep kebajikan, kebijaksanaan, keluruhan budi, dan kewibawaan dari seorang pemimpin. Sementara di sisi lain, kebajikan bagi rakyat adalah kepatuhan dan rasa hormat kepada pemimpinnya. Konsekuensinya, pembangkangan dan ketidakloyalan menjadi hal yang tidak patut untuk dilakukan. Dalam konteks ini, sistem nilai ini mentoleransi adanya ketidaksetaraan antar individu dan menerima konsep otoritas dan hirarki sosial sebagai produk natural dari sejarah masyarakat yang harus dihormati. Hal inilah yang membedakan sistem nilai ini dengan sistem nilai konservatif etis.
II. Konservatif Etis
Konservatif etis adalah sistem nilai yang terbentuk dari dimensi etis sebagai sumber nilai dan dimensi konservatif sebagai perspektif yang dipercayai dapat mewujudkan nilai-nilai ideal dalam bermasyarakat. Dimensi konservatif dari sistem nilai ini menekankan bahwa kebijaksanaan untuk mengatur kehidupan sosial, ekonomi, dan politik mesti bersumber pada nilai-nilai yang hakiki yang ada dalam masyarakat itu sendiri. Eksistensi individu tidak dapat dipisahkan dalam konteks sistem nilai dari masyarakat di mana ia berada. Ini karena individu tumbuh dan memaknai kehidupannya di dalam konsteks sistem nilai tersebut. Dengan kata lain, dalam perspektif konservatif, konsepsi humanisme universal yang menjadi landasan dari bangunan filosofi progresif membuat individu teralienasi dari sistem sosialnya[10].
Demikian pula dengan kekhawatiran dari kelompok-kelompok religius yang memandang bahwa modernitas berdampak pada hilang dimensi spritual dari individu[13]. Ini karena modernitas hanya menekankan pada otoritas nalar dan rasionalitas individu dalam kehidupannya. Namun ini tidak berarti penolakan terhadap semua aspek dari modenitas, karena respon kelompok konservatif religius terhadap modernitas juga beragam. Dalam konteks gerakan keagamaan di Indonesia, misalnya, kita mengenal kategori Islam tradisional dan Islam modernis[14,15]. Islam modernis diidentifikasi sebagai aliran yang terbuka terhadap kemajuan kemajuan ilmu pengetahuan modern dan menganggap bahwa penggunaan akal dan prinsip-prinsip rasionalitas sesuatu yang inheren dari Islam.
Dimensi etis dalam sistem nilai ini membentuk pemahaman terkait konsep kepemimpinan, masyarakat dan negara yang berbeda dengan sistem nilai konservatif esoteris. Konsep otoritas dalam sistem nilai konservatif esoteris mempunyai tendensi sentralistik yang menuntut loyalitas yang absolut. Tidak demikian halnya dengan sistem nilai konservatif etis. Dalam Islam, misalnya, otoritas itu terdesentralisasi sedemikian rupa pada ulama dan tokoh agama. Sementara otoritas inipun terikat oleh aturan-aturan agama dimana kepatuhan adalah refleksi dari ketundukan pada otoritas spritual yang lebih tinggi di luar manusia.
Demikian pula halnya dengan persoalan loyalitas kepada negara[16]. Islam, misalnya, selain memiliki dimensi keyakinan dan dimensi sosial keumatan dalam ritual peribadatan, juga memiliki dimensi politik terkait soal hukum dan etika yang mengatur relasi antar individu dalam masyarakat. Problem muncul ketika negara sebagai institusi yang berdaulat berdasarkan hukum dan konstitusi berbenturan dengan agama sebagai sebuah konsepsi politik kenegaraan. Ekspresinya bisa beragam, mulai dari keinginan mendirikan negara agama maupun penerapan hukum agama dalam masyarakat.
III. Progresif Esoteris
Progresif esoteris adalah sistem nilai yang merupakan perpaduan antara sumber nilai yang esoteris dan pendekatan progresif dalam mewujudkan nilai-nilai idealnya dalam masyarakat. Dimensi progresif mencirikan bahwa individu dengan sistem nilai mempunyai keterbukaan cara pandang. Prinsip-prinsip rasionalitas ilmu pengetahuan dan kritisisme menjadi landasan utama dari upaya untuk membangun masyarakat yang dicita-citakan.
Tradisi tidak diabaikan karena memang setiap individu dibentuk oleh situasi masyarakatnya[9]. Namun hukum perubahan yang tidak terhindarkan memacu individu untuk selalu memodernisasi dirinya, mengeksplorasi dan memanfaatkan hal baru untuk mewujudkan nilai idealitasnya. Hal ini yang membedakan dengan sistem nilai konservatif yang mempreservasi dan mencari kebijakan didalam tradisi sebagai landasan untuk memajukan masyarakat.
Individu dalam sistem nilai progresif esoteris dengan optimis memandang bahwa setiap orang pada dasarnya diberkahi kemampuan untuk terus mengembangkan dirinya. Bahwa secara natural setiap orang mempunyai potensi dan kemampuan berbeda tidak bisa dijadikan sebagai alasan untuk mengabaikan prinsip persamaan dan kesetaraan antar individu. Prinsip kebebasan dan persamaan menjadi fondasi dari sistem nilai ini.
Sistem nilai ini juga menekankan pentingnya semangat kerja sama dan solidaritas sosial untuk mewujudkan kesejahteraan bersama. Dalam konteks ini, kepentingan bersama harus lebih diutamakan daripada kepentingan individual. Prinsipnya, mensejahterakan masyarakat berarti mensejahterakan individu yang ada di dalamnya. Oleh karena itu, negara sebagai representasi kolektif seluruh rakyat melayani kepentingan masyarakat, bukan individu. Hal ini yang membedakan sistem nilai progresif esoteris dengan sistem nilai progresif etis.
Sistem nilai ini merupakan varian ekstrim dari sistem nilai progresif esoteris. Karakteristik utamanya adalah penekanan yang kuat pada konsep kesetaraan dan kolektivitas individu dalam masyarakat. Dalam menjalani kehidupannya, individu akan saling membutuhkan dan oleh karena itu butuh saling bekerja sama untuk kepentingannya sendiri. Sistem nilai menganggap bahwa apapun yang menjadi produk hasil kerja sama antar individu merupakan produk sosial yang dimiliki bersama dan setiap orang yang terlibat berhak atas pembagian yang sama. Oleh karena itu, distribusi kekayaan berserta semua sumber-sumber ekonomi adalah jalan untuk mewujudkan pemerataan kesejahteraan.
Visi masyarakat idealnya adalah suatu tatanan masyarakat yang sejahtera atas dasar kemerdekaan rakyat dari segala hambatan yang diakibatkan oleh ketidakmerataan distribusi sumber daya ekonomi. Dalam hal ini, solidaritas dan tumbuhnya semangat kerjasama dalam masyarakat menjadi hal yang vital untuk mewujudkan kesejahteraan bersama. Namun berbeda dengan konsep solidaritas dalam perspektif konservatif, solidaritas dalam sistem nilai adalah kolektivitas antar individu yang bebas atas dasar kesetaraan hubungan kekuasaan. Kesenjangan apapun bentuknya merupakan sumber dari permasalahan.
Kerja sama dan solidaritas sosial akan dapat dimunculkan dengan adanya kekuasaan negara yang kuat. Sistem nilai ini memberikan legitimasi moral pada kekuasaan negara untuk mewujudkan model ideal masyarakat yang dicita-citakan. Pemerintah bertindak aktif melakukan perencanaan dan pengaturan kehidupan sosial ekonomi dan politik, menyesuaikan produksi sesuai kebutuhan masyarakat, membagi pekerjaan untuk diselesaikan oleh semua yang mampu bekerja dan mengatur distribusi dan alokasi sumber daya untuk menjamin terwujudnya kesetaraan dan terpenuhinya hak kesejahteraan rakyat.
IV. Progresif Etis
Progresif etis adalah sistem nilai yang merupakan perpaduan antara perspetif etis dalam memandang sistem sosial dan pendekatan yang progresif untuk mewujudkan nilai-nilai ideal dalam masyarakat. Dimensi progresif dari sistem nilai ini melandasi cita-cita tentang masyarakat yang bebas atas dasar penghormatan pada hak-hak individual. Seperti halnya dengan sistem nilai progresif yang esoteris, prinsip rasionalitas ilmu pengetahuan dan kritisisme menjadi landasan utama dari upaya untuk membangun masyarakat yang dicita-citakan.
Dalam sistem nilai ini, tradisi dan keyakinan tidak dianggap sebagai kunci penting dalam memahami dunia. Keterbukaan terhadap hal-hal baru menjadikan tradisi tidak lagi bersifat dogmatis melainkan selalu terbuka terhadap penafsiran ulang. Sistem nilai ini menyokong sepenuhnya penggunaan prinsip-prinsip rasionalitan saintifik dan kritisisme sebagai alat untuk mengeksplorasi pengetahuan dalam kerangka pencarian jawaban atas berbagai problem manusia dan kemanusiaan.
Individu dalam sistem nilai progresif etis menekankan prinsip kebebasan sebagai nilai yang utama. Bahwa setiap orang memiliki kebebasan untuk melakukan hal yang terbaik untuk dirinya dan bertanggung jawab terhadap setiap tindakannya[9]. Bahwa manusia mempunyai kesempatan yang sama, di dalam segala bidang kehidupan. Oleh karena itu, segala bentuk intervensi yang dapat menghambat upaya manusia untuk mengembangkan potensi dirinya harus dihilangkan.
Hal ini mengantarkan pada perspektif etis terhadap masyarakat dan negara. Pada dasarnya, titik pusat dalam kehidupan sosial adalah individu. Agar supaya kebebasan dan kemerdekaan individu tetap terjamin maka harus dibentuk undang-undang, hukum, parlemen, dan sebagainya. Karena ada individu maka masyarakat dapat tersusun, dan atas kehendak individu suatu negara dapat terbentuk. Oleh karena itu, proses sosial yang terjadi maupun institusi sosial yang terbentuk harus berdasarkan pada penghormatan kepada kebebasan dan kemerdekaan individu. Dimensi etis inilah yang membedakan sistem nilai progresif etis dengan sistem nilai progresif esoteris.
Anda termasuk yang mana? :)